Guru Mengajar dan Mendidik

Guru dalam kamus Besar Bahasa Indonesia adalah mereka yang profesinya mengajar. Sedangkan mengajar, yang berasal dari kata ajar berarti petunjuk yg diberikan kepada orang supaya diketahui. Mengajar sendiri artinya memberi pelajaran.

Menteri Pendidikan Daoed Jusuf dahulu pernah mengatakan bahwa ada tiga tugas utama seorang guru, yaitu tugas profesional, tugas manusiawi, dan tugas kemasyarakatan.

Tugas profesional berkaitan dengan mentransfer ilmu atau membagi ilmu pengetahuan yang dimilikinya kepada orang lain. Tugas manusiawi dan kemasyarakatan berhubungan dengan interaksi sosial di dalam masyarakat, etika, dan sopan santun.

Artinya guru tidak sekedar mengajar tapi yang utama ia juga mendidik. Mendidik yang asal katanya didik, dalam KBBI mempunya arti memelihara dan memberi latihan (ajaran, tuntunan, pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran.

Seorang guru harus mampu melaksanakan ketiga tugas itu secara bersama-sama. Selain mengajar ia harus mampu menjadi tauladan yang baik, membangun semangat serta senantiasa memberikan dorongan, selaras dengan ungkapan Bapak Pendidikan Nasional Indonesia, KI Hajar Dewantara, berikut ini:

“ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani”.

Artinya: di depan (guru) memberi contoh, di tengah (guru) memberi semangat, di belakang (guru) memberikan dorongan.

1. Guru mengajar
Guru bertugas untuk membagi ilmu pengetahuan yang dimilikinya kepada orang lain. Seorang guru yang baik adalah mereka yang dapat menjelaskan sesuatu hal yang rumit dengan cara yang sederhana dan mudah dipahami oleh orang lain. Seorang guru juga dituntut untuk terus belajar sepanjang hayat.

2. Guru sebagai tauladan
Seorang anak belajar dari apa yang ia lihat, dengar, dan baca. Ingat film Pay it Forward? Pesan dalam film itu sangat sederhana, bahwa kebaikan yang kita lakukan kepada orang lain akan menular, demikian juga dengan keburukan. Di dalam masyarakat perilaku baik seseorang akan memberi pengaruh kepada orang-orang di sekitarnya, menginspirasi orang lain juga untuk berbuat kebaikan. Dalam hal ini guru mempunyai pengaruh yang sangat besar untuk anak didiknya. Apa yang dilakukan, dikatakan seorang guru akan menjadi cermin bagi si anak untuk berkaca.

Ada cerita bagus dari buku “Tak Sengaja Menjadi Guru”, ialah ketika seorang guru mengetahui muridnya melakukan plagiarisme. Ted Fitts nama guru itu menunjukkan bahwa dia tidak bersedia mengadakan kompromi-etika di hadapan ayah murid itu yang seorang pengacara. Baginya, saat masalah moral penting terlibat, maka seorang guru harus teguh dengan apa yang harus dilakukan.

Seorang guru adalah mereka yang dapat bersikap lembut, hangat sekaligus tegas.

2. Guru sebagai motivator dan dinamisator
Masih dalam buku yang sama “Anak-anak perlu bantuan dalam membaca dan matematika, tetapi mereka juga lebih membutuhkan bantuan dalam kehidupan mereka. Mereka membutuhkan imajinasi dan kepercayaan diri.”

Setiap hari anak-anak berada di sekolah bersama guru mereka. Guru yang menemani ketika mereka belajar. Guru adalah orang yang paling tahu perkembangan anak didik mereka dari hari ke hari. Sebuah proses belajar lebih berharga dari sekedar pencapaian akhir. Ada sebuah cerita bagus dari seorang siswa bernama Sonny di sini. Kisah ini menggambarkan bahwa menyuntikkan semangat belajar dalam diri siswa bukanlah hal yang remeh. Kita mungkin tidak pernah menyadari bahwa hal sederhana yang kita berikan kepada murid-murid dapat membuat perubahan untuk kehidupan mereka kelak.

Semoga kelak, harapan kita di atas dapat terwujud dalam sebuah sistem pendidikan yang berjalan lebih baik. Pendidikan yang tidak sekedar meng-agungkan angka sebagai barometer keberhasilan. Pintar saja tidak cukup tanpa dibekali dengan nilai-nilai moral dan etika yang baik. Dan sekali lagi, saya tak bosannya mengutip kalimat Hellen Keller ini.

“Memiliki pengetahuan berarti mengerti tujuan yang benar dan salah, mengerti hal-hal yang mulia dan yang hina.” (Helen Keller).”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *