Pertemuan 5: PKWU

Lanjutan dari pertemuan 4 PKWU di sini adalah Design Thinking. Setelah mempelajari teori dasar bahan pangan, siswa seringkali menghadapi tantangan dalam menemukan ide-ide kreatif untuk memulai usaha pengolahan makanan. Menemukan ide baru merupakan sebuah proses yang membutuhkan pemikiran yang sistematis. Salah satu metode yang efektif untuk mengatasi tantangan ini adalah dengan menerapkan pendekatan design thinking. Pendekatan ini akan membantu siswa untuk menggali lebih dalam kebutuhan pasar, mengembangkan ide-ide inovatif, dan menciptakan produk makanan yang unik dan menarik.

Tahapan design thinking

Alokasi waktu: (8×45 menit)

  1. Empathize (empati)

Empati bisa diperoleh menggunakan metode wawancara, observasi, pengumpulan data dan lain-lain. Pada tahap ini setiap kelompok akan menggunakan metode analisis data kuantitatif (pengumpulan data). Siswa menyebarkan survei online untuk mengumpulkan data tentang preferensi, kebiasaan, dan masalah yang dihadapi konsumen. Jumlah responden minimal 25 agar memenuhi validitas dan reliabilitas dengan baik. Selanjutnya data diolah dan dianalisa agar dapat diperoleh kesimpulan.

2. Define

Dari hasil survei yang diperoleh pada tahap empati, maka siswa dapat menentukan permasalahan yang akan mereka carikan solusinya.

3. Ideate

Setiap kelompok menuliskan ide-ide atau solusi yang ditawarkan untuk menyelesaikan permasalahan yang ditemui pada tahap define.

4. Prototype

Setiap kelompok merancang prototipe dalam bentuk sketsa atau 3D model menggunakan komputer.

4. Test

Solusi dapat diuji coba pada kalangan terbatas atau anggota tim untuk memperoleh umpan balik.

Contoh penerapan (membuat mie instan yang sehat)

Empathize:

Tujuan: mengetahui persepsi mie instan yang sehat

Contoh pertanyaan: (dalam skala Likert)

  1. Apakah kamu setuju mie instan yang sehat harus bebas dari pengawet, pewarna buatan, dan MSG? (Ya/Tidak)
  2. Apakah kamu lebih memilih mie instan dengan kandungan serat dan nutrisi yang tinggi? (Ya/Tidak)
  3. Apakah kamu memperhatikan nilai gizi yang tertera pada kemasan mie instan? (Ya/Tidak)
  4. Apakah kamu lebih suka mie instan yang terbuat dari bahan-bahan alami? (Ya/Tidak)
  5. Apakah kamu lebih memilih mie instan yang ringan dicerna? (Ya/Tidak)
  6. Apakah kamu memiliki masalah dengan lambung? (Ya/Tidak)
  7. Apakah kamu lebih suka menggunakan bahan-bahan komoditas lokal?

Kesimpulan: Berdasarkan hasil survei diperoleh banyak responden yang menginginkan mie instan yang ringan dicerna, memiliki kandungan serat dan nutrsi yang tinggi serta menyukai bahan mie dari komoditas lokal. Kebanyakan responden juga memperhatikan nilai gizi yang tertera pada kemasan mie instan.

Define: “Bagaimana membuat mie sehat yang dibuat dari bahan lokal, ringan dicerna oleh lambung dan memiliki kandungan serat serta nutrisi yang tinggi?

  • Ideate: membuat mie instan dengan menggunakan 100% bahan dari tepung mocaf. Tepung mocaf dipilih karena bisa menjadi solusi bagi berbagai masalah yang ditemui pada hasil survei. Tepung mocaf adalah komoditas lokal yang melimpah di Indonesia. Tepung mocaf juga ringan dicerna sehingga aman bagi lambung, serta kaya serat dan nutrisi.

Prototype:

gambar sketsa mie instan dengan 100% tepung terigu (beri keterangan pada gambar untuk bahan-bahan yang digunakan pada mie tersebut). Lengkapi dengan sketsa untuk kemasan mie sehat tersebut.

  • Test: Minta umpan balik teman-teman mengenai solusi yang akan dibuat serta kemasan yang akan digunakan. (opsional)

Contoh tugas dapat dilihat langsung di jurnal online siswa di sini.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *