Sampai saat ini banyak guru dan masyarakat umum mempertanyakan seperti apa bentuk draft kurikulum baru yang akan segera diluncurkan. Seperti telah kita ketahui di tingkat Sekolah Dasar 10 mata pelajaran dimampatkan menjadi 7. 7 mata pelajaran wajib sebagai berikut: Pendidikan Agama, PPKN, Bahasa Indonesia, Matematika, Seni Budaya dan Prakarya, Pendidikan Jasmani dan Olahraga Kesehatan.
Lantas, kemana IPA dan IPS?
IPA diintegrasikan ke dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia dan Matematika.
IPS terintegrasi dengan Bahasa Indonesia, dan PPKN
Menyikapi hal di atas, kemudian bermunculan spekulasi mengenai keberadaan guru-guru yang mengajar IPA dan IPS. Bagaimana nasib mereka? Bagaimana praktik pembelajaran itu di lapangan? Dan bagaimana dengan nasib penulis buku-buku IPA dan IPS?
Sejauh ini kita semua mempunyai banyak dugaan. Seperti halnya dengan kondisi guru TIK di tingkat SMP, yang mata pelajarannya pun terintegrasi ke semua pelajaran. Apakah itu artinya guru tik akan menganggur? dan sebagainya.
Tidak ada yang tahu bagaimana implementasi dari kurikulum 2013 ini di lapangan nantinya.
Sore ini saya tiba-tiba teringat pada metode pembelajaran di sebuah preschool tempat saya pernah mengajar dulu. Ini adalah sekolah para anak expatriat. Guru-gurunya orang asing semua, kecuali asisten guru dan guru komputer. Saya saat itu mengajar komputer. Di sana, setiap sore semua guru berkumpul. Saat itu mereka merancang tema pelajaran untuk seminggu. Sebagai contoh, tema minggu depan Dinosaurus. Maka, di dalam pelajaran bahasa ada cerita Dino, di pelajaran hitungan ada Dino, termasuk ketika pelajaran cooking class, mereka membuat kue bergambar Dino. Ruang kelas pun didesain dengan tema yang sudah ditentukan.
Nah, saya berandai-andai. Pak Nuh pernah menyatakan secara resmi bahwa perubahan kurikulum ini tidak akan membuat guru-guru menganggur. Memang ada mata pelajaran yang tidak berdiri sendiri seperti IPA dan IPS. Keduanya diintegrasikan ke beberapa mata pelajaran. Dan juga Pak Nuh menyatakan bahwa jam pelajaran bertambah. Merujuk dari kedua pernyataan Beliau di atas, di bawah ini adalah perkiraan saya bagaimana implementasi mata pelajaran IPA dan IPS nanti diterapkan. (Sekali lagi ini hanya perkiraan saya saja, jadi kalau salah mohon dimaafkan ^-^)
Misal, anggap saja mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, IPA diberikan alokasi waktu selama satu semester 32 jam. Dan setelah dihitung misal dalam seminggu ada 6 jam pelajaran Bahasa Indonesia. Setelah dibagi-bagi, masing-masing mata pelajaran memiliki 2 jam pelajaran. 2 jam untuk matematika, 2 jam untuk bahasa indonesia, dan 2 jam untuk IPA. Karena tujuannya terintegrasi maka bahasan tema untuk ketiga mata pelajaran ini harus berkaitan. Contoh, tema IPA untuk seminggu (atau sesuai dengan alokasi waktu yang dibutuhkan) adalah makhluk hidup. maka di mata pelajaran matematika pun nanti akan berisi latihan dan soal yang bersesuaian dengan tema Makhluk Hidup, misalnya soal cerita berhitung. Contoh:
agar dapat menetas, telur ayam harus dierami induknya kurang lebih selama 4 hari. Kira-kira berapa jam telur harus dierami agar menetas?
Demikian juga di bahasa Indonesia. Mungkin anak menyimak dan belajar menulis dengan tema yang sama.
Intinya, ketiga mata pelajaran itu saling terintegrasi. Kalau diperhatikan pendekatan ini sebenarnya tidak jauh berbeda dengan pembelajaran tematik yang sudah diterapkan di jenjang kelas 1 sampai 3 Sekolah Dasar.
Yang membedakannya adalah penyebutan dengan mengurangi mata pelajaran yang ada.
Saya tidak tahu apakah implementasinya nanti seperti bayangan saya di atas ataukah pemerintah memiliki pendekatan yang jauh berbeda. Semoga apapun itu keputusan pemerintah nantinya, tidak merugikan banyak pihak. Semoga langkah ini memunculkan semangat memperbaiki diri serta kreativitas tidak saja bagi guru namun juga bagi penulis buku pelajaran.