Beberapa hari yang lalu seorang teman di twitter bertanya kepada saya. Pertanyaannya kira-kira begini, bagaimana dengan keberadaan TIK tahun depan, masih adakah? Dan apakah buku pelajaran TIK akan mengalami perubahan?
Seperti telah kita ketahui, Kemendikbud memutuskan merombak kurikulum pendidikan, mulai dari jenjang sekolah dasar (SD) hingga sekolah menengah atas (SMA). Kurikulum baru ini dinamai dengan Kurikulum 2013. Ini adalah pergantian kurikulum ketiga dalam masa 10 tahun. Pertama, Kurikulum Berbasis Kompetensi tahun 2004. Kemudian Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pada tahun 2006. Saya pernah membaca bahwa di negara-negara Barat, mereka memberikan waktu 10 tahun untuk mengetahui apakah sebuah kurikulum berhasil diterapkan atau tidak.
Kembali ke bahasan awal, Kemendikbud menyatakan bahwa untuk tingkat Sekolah Dasar akan dilakukan pendekatan tematik integratif. Jumlah mata pelajaran untuk jenjang SD pun dipadatkan menjadi enam mata pelajaran yang awalnya 10 mata pelajaran. Untuk mata pelajaran wajib adalah Pendidikan Agama, PPKN, Matematika, Bahasa Indonesia, Seni Budaya dan Prakarya, serta Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. IPA dan IPS terintegrasi dengan mata pelajaran wajib lainnya. Untuk IPA akan bergabung dengan Mataematika dan Bahasa Indonesia. IPS dengan Bahasa Indonesia dan PPKN. Pramuka akan menjadi esktrakurikuler wajib.
Melihat peta di atas, kemudian banyak guru TIK mempertanyakan apakah keberadaan mata pelajaran TIK akan hilang?
Sebelumnya, mata pelajaran TIK di jenjang Sekolah Dasar masuk ke dalam muatan lokal (bukan mata pelajaran wajib). Demikian juga dengan Bahasa Inggris. Maka menurut saya, sebenarnya keberadaan mata pelajaran baik TIK maupun Bahasa Inggris tidak mengalami perubahan yang berarti. Seperti juga yang dilansir oleh situs Harian Kompas online, bahwa “Pemerintah menyarankan ada juga ekstrakurikuler lain selain Pramuka, seperti klub pengembangan teknologi dan bahasa, seperti klub robotik, bahas Mandarin, PMR, dan UKS.
Maka, apakah sebuah sekolah ingin mengajarkan TIK atau bahasa kepada muridnya itu semua adalah kebijakan dari sekolah sendiri.
Yang mungkin sedikit berbeda adalah pendekatan pengajaran TIK di tingkat Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas. Karena pada kedua jenjang itu mata pelajaran TIK masuk ke dalam mata pelajaran wajib di kurikulum yang saat ini sedang berlangsung atau KTSP. Mengenai keduanya mungkin sebaiknya nanti saya buatkan tulisan baru.
Dan apakah buku TIK akan diganti nantinya? Menurut saya sih belum perlu. Kecuali, jika memang rencana Pemerintah mengintegrasikan TIK ke dalam mata pelajaran Seni Budaya dan Prakarya. Skenario ini ada dalam perkiraan saya saja ya (menduga-duga). Jadi, jika TIK dimasukkan sebagai Seni Budaya maka mungkin saja dalam buku itu ada sedikit pengenalan dan tugas prakarya dengan menggunakan teknologi, atau sederhananya kita anggap saja ketrampilan digital. Namun agar anak mampu mengerjakan atau mengikutinya mereka harus dibekali pengetahuan dasar TIK terlebih dahulu, bukan? Nah, pengenalan dasar itu bisa saja diperoleh dari ekstrakurikuler TIK yang diadakan sekolah. Atau bisa juga jika sekolah tidak mengadakan kegiatan ekskul TIK, mendapatkan pengenalan TIK dari mata pelajaran Seni Budaya yang menjadi rekanannya. Dengan demikian sekolah yang tidak mempunyai ekskul TIK tetap tidak ketinggalan informasi teknologi dengan anak-anak di sekolah dan daerah lainnya.
Yang tertulis di atas adalah perkiraan saya saja. Mengapa? Karena saya melihat keinginan baik pemerintah yang bermaksud atau tepatnya berharap semua anak sudah menguasai teknologi. Namun sekali lagi, Indonesia bukanlah Eropa. Di sini bahkan tidak perlu ke pelosok masih banyak sekolah yang tidak memiliki fasilitas untuk berinternet. Jangankan internet, beberapa daerah pun tidak ada aliran listriknya. Tidak semua anak-anak di negeri ini juga akrab dengan teknologi dalam kesehariannya. Tapi tidak berarti mereka tidak perlu mengetahui kabar atau berita terbaru tentang teknologi. Mereka selayaknya tahu, karena masa depan yang terbentang di hadapan mereka adalah masa depan digital. Bagaimana mereka dapat bersaing dengan anak-anak lain jika mereka tidak menguasai teknologi?