Category Archives: Kurikulum

Saran atas Hilangnya TIK di Kurikulum 2013

Terlebih dahulu tulisan ini bukan bertujuan untuk menolak kurikulum 2013. Dan juga bukan dimaksudkan sebagai aksi untuk menentang dihapuskannya mata pelajaran TIK dari kurikulum 2013. Barangkali sedikit cerita di bawah ini dapat membuka wawasan kita.

Di sebuah harian online, tepatnya di sini, dikisahkan bahwa menteri pendidikan nasional Inggris sedang melakukan revolusi besar-besaran sehubungan dengan mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi. Mengapa? Menurut Gove, mengutip dari berita harian tersebut,”kurikulum ICT yang digunakan di sekolah-sekolah Inggris saat ini sebagai ‘tidak memicu motivasi dan membosankan’ karena para siswa belajar pada ketrampilan digital mendasar, seperti word processing atau perangkat lunak untuk menulis.”

Pembelajaran seperti di atas hanya melahirkan generasi pengguna. Sedangkan kita tahu bahwa anak-anak belajar dengan cepat untuk menggunakan sebuah aplikasi. Maka tidak heran jika kemudian sebagian orang berpikir bahwa pelajaran TIK di sekolah tidak perlu ada.

Kembali pada kisah di atas, apakah yang kemudian dilakukan menteri pendidikan nasional Inggris itu? Alih-alih menghapus mata pelajaran TIK di sekolah ia menawarkan 50 beasiswa senilai £20.000 untuk pelatihan guru ICT pada tahun pertama dengan sasaran awal sebanyak 500 guru. Para sarjana yang boleh mengajukan diri untuk bea siswa adalah yang memahami konsep-konsep komputer, seperti algoritma, logika, jaringan data, dan internet.

Gove mengharapkan agar para murid belajar tentang kode komputer sehingga mampu menghasilkan animasi yang sederhana atau membuat aplikasi untuk telepon pintar mereka.

Singkatnya, Cove ingin negaranya menghasilkan generasi pencipta (dan bukan sekedar pemakai aplikasi), seperti Mark Zukenberg penemu facebook, Larry dan Sergey penemu Google, dan lain-lain. Ia berharap akan banyak tumbuh para pengembang aplikasi. Dengan demikian kewirausahaan pun akan terangkat naik yang selanjutnya memajukan ekonomi negara itu sendiri.

Dan Inggris sudah memulainya. Memasuki awal tahun 2013 sekolah-sekolah di Inggris mendapat bantuan sebuah komputer bernama Raspberry. Komputer mini untuk anak belajar berkreasi.
raspberry
Informasi lengkap mengenai Raspberry bisa dibaca di sini. Komputer ini bisa dioprek (apa ya bahasa Indonesianya dioprek? ^-^. Pembelajaran ICT di Inggris memulai era baru dengan TIK Sains-nya.

Saya tiba-tiba teringat dengan kurikulum 2013 yang mengedepankan Sains, karena sains mengambil tema sentral untuk semua mata pelajaran. Sayangnya, mendikbud lebih memilih menghapus mata pelajaran TIK dibanding melakukan perubahan kurikulum TIK dengan pendekatan TIK Sains.

Guru memang bukan segalanya, mereka hanyalah pembuka jalan. Kisah Thomas Suarez, seorang anak laki-laki berumur 12 tahun yang menjadi pengembang aplikasi mungkin bisa menjadi tambahan bacaan yang menarik. Atau kisah remaja yang berusia 17 tahun dan aplikasinya dibeli yahoo di sini.

Sedikit cerita di atas mungkin bisa menjadi pertimbangan di dalam penghapusan mata pelajaran TIK. Pelatihan guru TIK serta perubahan kurikulum untuk mata pelajaran TIK barangkali bisa menjadi solusi yang dapat dipikirkan kembali.

Negara-negara maju sangat menghargai kemajuan teknologi dan pendidikan. Mengutip kalimat Presiden Finlandia bahwa negara yang maju adalah mereka yang mengutamakan pendidikan. Maka, segala kebijakan mengenai pendidikan sepatutnya mengedepankan kepentingan anak didik dan bukan dilandasi oleh kepentingan politis apapun.

TIK di Benua Lain

Sementara kurikulum 2013 berkeinginan untuk menghapus mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi, di belahan dunia lainnya, pemerintah mereka memberikan beasiswa kepada calon guru komputer. Upaya ini mereka lakukan setelah menyadari bahwa pembelajaran ICT yang diberikan di sekolah tidak memicu motivasi. Mengutip perkataan menteri pendidikan Inggris, Gove berikut ini, yang dilansir dari harian online BBC di sini.
“…bahwa kurikulum ICT yang digunakan di sekolah-sekolah Inggris saat ini sebagai ‘tidak memicu motivasi dan membosankan’ karena para siswa belajar pada ketrampilan digital mendasar, seperti word processing atau perangkat lunak untuk menulis.”

Beasiswa akan diberikan kepada sarjana yang memahami konsep-konsep komputer, seperti algoritme, logika, jaringan data, dan internet.

“Jika kita ingin negara menghasilkan pencipta internet Sir Tim Berners-Lee yang berikut, maka kita memerlukan guru komputer yang terbaik di ruang kelas,” lanjut Gove.

Oleh sebab itu Gove mengharapkan agar para murid belajar tentang kode komputer sehingga mampu menghasilkan animasi yang sederhana atau membuat aplikasi untuk telepon pintar mereka.

TIK SMP dan Perombakan Kurikulum

Seperti diketahui, dalam kurikulum 2013, pemerintah meniadakan mata pelajaran TIK untuk jenjang Sekolah Menengah Pertama. Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) akan dijadikan sarana pembelajaran pada semua mata pelajaran. Artinya, tidak ada mata pelajaran tik.

Keputusan mendikbud untuk menghapus mata pelajaran TIK kemudian memicu gelombang kritik dari para guru matpel tik. Sebelumnya, tik di jenjang SMP menjadi pelajaran wajib. Dengan dihilangkannya mata pelajaran ini tidak dipungkiri akan berdampak pada keberadaan guru tik. Bagaimana dengan guru tik yang statusnya honor, atau guru pns yang baru saja mendapat sertifikasi (karena dengan sertifikasi ini pengajar mendapat kewajiban 24 jam tatap muka). Bisa dibayangkan keresahan yang mereka alami. Karena untuk bisa memenuhi 24 jam tatap muka itu bukanlah hal yang mudah. Apalagi kalau mata pelajaran itu dihilangkan, mau kemana mereka? Mendikbud memang menjamin bahwa tidak akan ada guru yang menganggur. Seperti solusi salah satunya mengalihkan guru tik menjadi konsultan it atau tu. Walaupun bagi saya keputusan itu sedikit nyeleneh, karena yang satu berkaitan dengan profesi akademik dan lainnya non akademik. Namun itu masih lebih baik dibanding membiarkan para pengajar itu kehilangan pekerjaan.

Mengutip kalimat mendikbud di sini, “Jadi TIK menjadi media semua mata pelajaran untuk jenjang SMP ini sehingga anak-anak juga bisa mengenal teknologi dengan baik,” saya ingin menyampaikan beberapa hal di bawah ini yang mudah-mudahan bisa bermanfaat.

Ada sedikit kesalahan ketika kita mendengar kata tik. Tik seringkali diartikan sebagai pelajaran komputer. Tak bisa disalahkan, karena sebelum berubah menjadi tik, bidang studi ini dikenal dengan mata pelajaran komputer. Oleh sebab itu, kita masih beranggapan bahwa belajar tik adalah belajar menggunakan aplikasi komputer seperti mengetik dan lain-lain. Sesungguhnya bukan itu. TIK diberikan kepada siswa dengan tujuan agar anak dapat memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk membantu mereka belajar. Terutama kita tahu bahwa sekarang guru bukan satu-satunya sumber belajar. Anak dapat belajar dengan siapapun, dan dari belahan dunia manapun. Maka yang semustinya diubah adalah pendekatan pengajaran TIK kepada murid dan bukan menghapus mata pelajaran ini.

Yang ada sekarang, tik pada jenjang Sekolah Menengah Pertama lebih banyak berkutat pada teori yang panjang. Sementara aplikasi pada pemanfaatan tik itu sendiri untuk membantu mereka dalam pembelajaran tidak banyak, atau mungkin malah tidak ada.

Jadi kalau boleh saya menyarankan, jika kita ingin kelak pembelajaran kurikulum berbasis IT baik pada jenjang SD, SMP, dan seterusnya, mari kita sama-sama belajar secara bertahap mulai sekarang. Alih-alih menghapus mata pelajaran IT kenapa tidak memulai buku-buku pelajaran IT diperbaiki? Jika kita ingin semua mata pelajaran terintegrasi dengan TIK akan sangat baik kita mulai dari memasukkan mata pelajaran itu ke dalam buku TIK. Sebagai contoh, dengan program pengolah angka, siswa diajarkan untuk dapat membuat dan menghitung rumus statistika (mata pelajaran matematika). Dengan pengolah kata, siswa dapat membuat cerita atau mengedit kosa kata (mata pelajaran bahasa indonesia dan bahasa inggris). Dan banyak lainnya. Tantangan yang menarik bagi para satuan pendidikan untuk mencoba mengintegrasikan semua mata pelajaran ke dalam tik. Contoh-contoh lesson plan yang mengintegrasikan tik banyak sekali di internet, salah satunya bisa lihat di sini. Kita bisa mengadopsi dan kemudian memodifikasi agar sesuai dengan kondisi di tanah air.

Perlu dicatat, bahwa mengintegrasikan tik ke dalam pelajaran tidak hanya mencari artikel di internet. Yang terjadi dan saya amati ketika saya menjadi guru, guru-guru memberikan tugas kepada murid dengan pesan cari di internet. Anak-anak mencari. Tanpa membaca lagi mereka kemudian menyalin dan mengumpulkan pekerjaan itu, dengan mengatasnamakan karya mereka. Di sini saya belajar bahwa kita tidak bisa melepas anak-anak begitu saja. Bukan salah mereka sepenuhnya. Itu terjadi karena kita tidak pernah mengajarkan mereka aturan-aturan atau etika ketika menggunakan teknologi. Dan saya tidak ingin ini terjadi meluas. Itu sebabnya saya masih merasa perlu adanya mata pelajaran tik di jenjang SD, SMP, bahkan SMA dengan substansi yang berbeda.

Maka, sekali lagi, saya tidak keberatan jika suatu saat tik terintegrasi dengan semua mata pelajaran. Namun belum saat ini. Sepatutnya kita bertanya, apakah infrastruktur negeri ini sudah merata? Apakah SDMnya sudah siap? Jika satu saja dari pertanyaan di atas belum bisa kita penuhi maka bagaimana kita bisa mengharapkan kurikulum 2013 yang berbasis IT dapat terlaksana?

Kurikulum yang bagus tanpa didukung infrastruktur dan kesiapan SDMnya tidak akan menghasilkan apa-apa. Sayang sekali, apakah tidak sebaiknya meningkatkan kompetensi guru kita dahulukan? Dengan mengenalkan berbagai metode pembelajaran yang menarik, manajemen kelas yang baik, dan lain-lain sehingga kelak tiba saatnya kita pun bisa melangkah jauh lebih baik.

Kurikulum 2013

Sampai saat ini banyak guru dan masyarakat umum mempertanyakan seperti apa bentuk draft kurikulum baru yang akan segera diluncurkan. Seperti telah kita ketahui di tingkat Sekolah Dasar 10 mata pelajaran dimampatkan menjadi 7. 7 mata pelajaran wajib sebagai berikut: Pendidikan Agama, PPKN, Bahasa Indonesia, Matematika, Seni Budaya dan Prakarya, Pendidikan Jasmani dan Olahraga Kesehatan.

Lantas, kemana IPA dan IPS?
IPA diintegrasikan ke dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia dan Matematika.
IPS terintegrasi dengan Bahasa Indonesia, dan PPKN

Menyikapi hal di atas, kemudian bermunculan spekulasi mengenai keberadaan guru-guru yang mengajar IPA dan IPS. Bagaimana nasib mereka? Bagaimana praktik pembelajaran itu di lapangan? Dan bagaimana dengan nasib penulis buku-buku IPA dan IPS?

Sejauh ini kita semua mempunyai banyak dugaan. Seperti halnya dengan kondisi guru TIK di tingkat SMP, yang mata pelajarannya pun terintegrasi ke semua pelajaran. Apakah itu artinya guru tik akan menganggur? dan sebagainya.

Tidak ada yang tahu bagaimana implementasi dari kurikulum 2013 ini di lapangan nantinya.

Sore ini saya tiba-tiba teringat pada metode pembelajaran di sebuah preschool tempat saya pernah mengajar dulu. Ini adalah sekolah para anak expatriat. Guru-gurunya orang asing semua, kecuali asisten guru dan guru komputer. Saya saat itu mengajar komputer. Di sana, setiap sore semua guru berkumpul. Saat itu mereka merancang tema pelajaran untuk seminggu. Sebagai contoh, tema minggu depan Dinosaurus. Maka, di dalam pelajaran bahasa ada cerita Dino, di pelajaran hitungan ada Dino, termasuk ketika pelajaran cooking class, mereka membuat kue bergambar Dino. Ruang kelas pun didesain dengan tema yang sudah ditentukan.

Nah, saya berandai-andai. Pak Nuh pernah menyatakan secara resmi bahwa perubahan kurikulum ini tidak akan membuat guru-guru menganggur. Memang ada mata pelajaran yang tidak berdiri sendiri seperti IPA dan IPS. Keduanya diintegrasikan ke beberapa mata pelajaran. Dan juga Pak Nuh menyatakan bahwa jam pelajaran bertambah. Merujuk dari kedua pernyataan Beliau di atas, di bawah ini adalah perkiraan saya bagaimana implementasi mata pelajaran IPA dan IPS nanti diterapkan. (Sekali lagi ini hanya perkiraan saya saja, jadi kalau salah mohon dimaafkan ^-^)

Misal, anggap saja mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, IPA diberikan alokasi waktu selama satu semester 32 jam. Dan setelah dihitung misal dalam seminggu ada 6 jam pelajaran Bahasa Indonesia. Setelah dibagi-bagi, masing-masing mata pelajaran memiliki 2 jam pelajaran. 2 jam untuk matematika, 2 jam untuk bahasa indonesia, dan 2 jam untuk IPA. Karena tujuannya terintegrasi maka bahasan tema untuk ketiga mata pelajaran ini harus berkaitan. Contoh, tema IPA untuk seminggu (atau sesuai dengan alokasi waktu yang dibutuhkan) adalah makhluk hidup. maka di mata pelajaran matematika pun nanti akan berisi latihan dan soal yang bersesuaian dengan tema Makhluk Hidup, misalnya soal cerita berhitung. Contoh:
agar dapat menetas, telur ayam harus dierami induknya kurang lebih selama 4 hari. Kira-kira berapa jam telur harus dierami agar menetas?
Demikian juga di bahasa Indonesia. Mungkin anak menyimak dan belajar menulis dengan tema yang sama.

Intinya, ketiga mata pelajaran itu saling terintegrasi. Kalau diperhatikan pendekatan ini sebenarnya tidak jauh berbeda dengan pembelajaran tematik yang sudah diterapkan di jenjang kelas 1 sampai 3 Sekolah Dasar.
Yang membedakannya adalah penyebutan dengan mengurangi mata pelajaran yang ada.

Saya tidak tahu apakah implementasinya nanti seperti bayangan saya di atas ataukah pemerintah memiliki pendekatan yang jauh berbeda. Semoga apapun itu keputusan pemerintah nantinya, tidak merugikan banyak pihak. Semoga langkah ini memunculkan semangat memperbaiki diri serta kreativitas tidak saja bagi guru namun juga bagi penulis buku pelajaran.

Masa Depan TIK

Beberapa hari yang lalu seorang teman di twitter bertanya kepada saya. Pertanyaannya kira-kira begini, bagaimana dengan keberadaan TIK tahun depan, masih adakah? Dan apakah buku pelajaran TIK akan mengalami perubahan?

Seperti telah kita ketahui, Kemendikbud memutuskan merombak kurikulum pendidikan, mulai dari jenjang sekolah dasar (SD) hingga sekolah menengah atas (SMA). Kurikulum baru ini dinamai dengan Kurikulum 2013. Ini adalah pergantian kurikulum ketiga dalam masa 10 tahun. Pertama, Kurikulum Berbasis Kompetensi tahun 2004. Kemudian Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pada tahun 2006. Saya pernah membaca bahwa di negara-negara Barat, mereka memberikan waktu 10 tahun untuk mengetahui apakah sebuah kurikulum berhasil diterapkan atau tidak.

Kembali ke bahasan awal, Kemendikbud menyatakan bahwa untuk tingkat Sekolah Dasar akan dilakukan pendekatan tematik integratif. Jumlah mata pelajaran untuk jenjang SD pun dipadatkan menjadi enam mata pelajaran yang awalnya 10 mata pelajaran. Untuk mata pelajaran wajib adalah Pendidikan Agama, PPKN, Matematika, Bahasa Indonesia, Seni Budaya dan Prakarya, serta Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. IPA dan IPS terintegrasi dengan mata pelajaran wajib lainnya. Untuk IPA akan bergabung dengan Mataematika dan Bahasa Indonesia. IPS dengan Bahasa Indonesia dan PPKN. Pramuka akan menjadi esktrakurikuler wajib.

Melihat peta di atas, kemudian banyak guru TIK mempertanyakan apakah keberadaan mata pelajaran TIK akan hilang?

Sebelumnya, mata pelajaran TIK di jenjang Sekolah Dasar masuk ke dalam muatan lokal (bukan mata pelajaran wajib). Demikian juga dengan Bahasa Inggris. Maka menurut saya, sebenarnya keberadaan mata pelajaran baik TIK maupun Bahasa Inggris tidak mengalami perubahan yang berarti. Seperti juga yang dilansir oleh situs Harian Kompas online, bahwa “Pemerintah menyarankan ada juga ekstrakurikuler lain selain Pramuka, seperti klub pengembangan teknologi dan bahasa, seperti klub robotik, bahas Mandarin, PMR, dan UKS.

Maka, apakah sebuah sekolah ingin mengajarkan TIK atau bahasa kepada muridnya itu semua adalah kebijakan dari sekolah sendiri.

Yang mungkin sedikit berbeda adalah pendekatan pengajaran TIK di tingkat Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas. Karena pada kedua jenjang itu mata pelajaran TIK masuk ke dalam mata pelajaran wajib di kurikulum yang saat ini sedang berlangsung atau KTSP. Mengenai keduanya mungkin sebaiknya nanti saya buatkan tulisan baru.

Dan apakah buku TIK akan diganti nantinya? Menurut saya sih belum perlu. Kecuali, jika memang rencana Pemerintah mengintegrasikan TIK ke dalam mata pelajaran Seni Budaya dan Prakarya. Skenario ini ada dalam perkiraan saya saja ya (menduga-duga). Jadi, jika TIK dimasukkan sebagai Seni Budaya maka mungkin saja dalam buku itu ada sedikit pengenalan dan tugas prakarya dengan menggunakan teknologi, atau sederhananya kita anggap saja ketrampilan digital. Namun agar anak mampu mengerjakan atau mengikutinya mereka harus dibekali pengetahuan dasar TIK terlebih dahulu, bukan? Nah, pengenalan dasar itu bisa saja diperoleh dari ekstrakurikuler TIK yang diadakan sekolah. Atau bisa juga jika sekolah tidak mengadakan kegiatan ekskul TIK, mendapatkan pengenalan TIK dari mata pelajaran Seni Budaya yang menjadi rekanannya. Dengan demikian sekolah yang tidak mempunyai ekskul TIK tetap tidak ketinggalan informasi teknologi dengan anak-anak di sekolah dan daerah lainnya.

Yang tertulis di atas adalah perkiraan saya saja. Mengapa? Karena saya melihat keinginan baik pemerintah yang bermaksud atau tepatnya berharap semua anak sudah menguasai teknologi. Namun sekali lagi, Indonesia bukanlah Eropa. Di sini bahkan tidak perlu ke pelosok masih banyak sekolah yang tidak memiliki fasilitas untuk berinternet. Jangankan internet, beberapa daerah pun tidak ada aliran listriknya. Tidak semua anak-anak di negeri ini juga akrab dengan teknologi dalam kesehariannya. Tapi tidak berarti mereka tidak perlu mengetahui kabar atau berita terbaru tentang teknologi. Mereka selayaknya tahu, karena masa depan yang terbentang di hadapan mereka adalah masa depan digital. Bagaimana mereka dapat bersaing dengan anak-anak lain jika mereka tidak menguasai teknologi?

Kurikulum TIK SD (sesuai standar KTSP)

Standar Isi sebagaimana dimaksud oleh Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 meliputi:
1. kerangka dasar dan struktur kurikulum yang merupakan pedoman dalam penyusunan kurikulum pada tingkat satuan pendidikan,
2. beban belajar bagi peserta didik pada satuan pendidikan dasar dan menengah,
3. kurikulum tingkat satuan pendidikan yang akan dikembangkan oleh satuan pendidikan berdasarkan panduan penyusunan kurikulum sebagai bagian tidak terpisahkan dari standar isi, dan
4. kalender pendidikan untuk penyelenggaraan pendidikan pada satuan pendidikan jenjang pendidikan dasar dan menengah.

Standar Isi dikembangkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) yang dibentuk berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005.
(sumber: LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL
NOMOR 22 TAHUN 2006 TANGGAL 23 MEI 2006 STANDAR ISI)

Berdasarkan Standar Isi dan Standar Kompetensi serta Kompetensi Dasar di Permendiknas No 14 Tahun 2007, mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk SD dimasukkan ke dalam muatan lokal (mulok).

* Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah, yang materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada. Substansi muatan lokal ditentukan oleh satuan pendidikan.

Karena bersifat muatan lokal, maka mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk Sekolah Dasar dapat (boleh) diberlakukan jika kondisi di daerah tersebut terpenuhi. Dalam kaitannya dengan mata pelajaran TIK, kebutuhan infrastruktur seperti sumber daya listrik memegang peranan yang penting.

Sarana dan prasarana di negeri ini memang belum sepenuhnya merata, terutama untuk kebutuhan sumber daya listrik. Oleh karena sebab itu mungkin Diknas memutuskan untuk memasukkan mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi sebagai muatan lokal.

Walaupun gambaran materi di dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar dihilangkan di dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP), namun secara garis besar standar isi mencantumkan bahwa cakupan mata pelajaran Ilmu Pengetahuan dan Teknologi pada SD/MI/SDLB dimaksudkan untuk mengenal, menyikapi, dan mengapresiasi ilmu pengetahuan dan teknologi, serta menanamkan kebiasaan berpikir dan berperilaku ilmiah yang kritis, kreatif dan mandiri.

Berdasarkan cakupan di atas, satuan pendidikan, dalam hal ini sekolah, guru, atau lembaga yang terkait dengan pendidikan dapat merancang dan mengembangkan kurikulumnya sendiri untuk kebutuhan peserta didik.

Maka, yang manakah KTSP untuk TIK SD? Tidak ada yang baku. Sepanjang cakupan kelompok mata pelajaran di atas terpenuhi maka pengembangan kurikulumnya diserahkan kepada satuan pendidikan. Menghilangnya gambaran materi umum di standar kompetensi dan kompetensi dasar memberikan kita kebebasan untuk berkreasi dalam menyusun buku tersebut.

Mengenai Standar Isi dan lainnya dapat diunduh di sini.

catatan:
Di atas adalah pandangan saya merujuk pada Standar Isi, Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang ditetapkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan. Jika sekiranya persepsi itu memiliki kekeliruan mohon diluruskan.

Eksplorasi, Elaborasi, dan Konfirmasi dalam Pembelajaran

Ketiga elemen di atas adalah faktor yang harus dipenuhi dalam pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran seperti yang dipaparkan dalam Permendiknas No 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses Pembelajaran. Apa sebenarnya Eksplorasi, Elaborasi, dan Konfirmasi itu?

Definisi berikut ini adalah berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Eksplorasi: penjelajahan lapangan dengan tujuan memperoleh pengetahuan lebih banyak atau kegiatan untuk memperoleh pengalaman baru dr situasi yg baru.

Elaborasi: penggarapan secara tekun dan cermat.

Konfirmasi: penegasan; pengesahan; pembenaran.

Dalam kaitannya dengan kegiatan belajar mengajar di sekolah maka ketiganya mempunyai pengertian sebagai berikut: (dikutip dengan pengubahan dari Permendiknas No. 41 tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.

Dalam kegiatan Eksplorasi, guru:
1. melibatkan siswa mencari informasi seluasnya berkaitan dengan tema yang dipelajari. Guru dan siswa belajar dari aneka sumber.
2. menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar lain.
3. memudahkan terjadinya interaksi antarpeserta didik, guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya.
4. melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan
pembelajaran.
5. memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium, studio, atau lapangan.

Dalam kegiatan Elaborasi, guru:
1. membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang beragam melalui
tugas-tugas tertentu yang bermakna.
2. memudahkan peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis.
3. memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan
masalah, dan bertindak tanpa rasa takut.
4. memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan
kolaboratif.
5. memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk
meningkatkan prestasi belajar.
6. memudahkan peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan
baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok.
7. mendorong peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok.
8. memfasilitasi peserta didik melakukan pameran, turnamen, festival,
serta produk yang dihasilkan.
9. memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang menumbuhkan
kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik.

Sedangkan dalam kegiatan Konfirmasi, guru:
1. memmberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan,
tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik.
2. memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik melalui berbagai sumber.
3. memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh
pengalaman belajar yang telah dilakukan.
4. memudahkan peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang
bermakna dalam mencapai kompetensi dasar;
a) berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator dalam menjawab
pertanyaan peserta didik yang menghadapi kesulitan, dengan
menggunakan bahasa yang baku dan benar;
b) membantu menyelesaikan masalah;
c) memberi acuan agar peserta didik dapat melakukan pengecekan hasil
eksplorasi;
d) memberi informasi untuk bereksplorasi lebih jauh;
e) memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau belum
berpartisipasi aktif.

Untuk informasi lebih lengkap silakan klik di sini.

Selamat mencoba rekan Guru. Semoga menghasilkan kegiatan belajar mengajar yang menyenangkan dan membangkitkan semangat belajar, tidak hanya untuk siswa tapi juga diri kita sendiri 🙂

Lesson Plan (KTSP)

“Lesson Plan merupakan siklus pertama dari sebuah proses belajar-mengajar yang profesional.” ~ Gurunya Manusia, Munif Chatib.

Pekerjaan guru adalah sebuah profesi. Karena itu seorang guru harus profesional dalam bekerja. Profesional berarti setiap tahap pekerjaan dapat diukur. Dan bukti kinerja seorang guru adalah dokumen Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) atau lesson plan. Lesson plan adalah perencanaan yang dibuat oleh guru sebelum mengajar.

Apa sih keuntungan membuat lesson plan?
1. Rencana pengajaran pada jenjang kompetensi secara otomatis tercatat dan dapat diarsipkan.
2. Record (arsip) lesson plan akan menjadi bekal guru yang bersangkutan dan dapat digunakan-dengan penyempurnaan-pada tahun ajaran berikutnya.
3. Dengan adanya lesson plan, kualitas guru saat mengajar akan terkontrol dan tercatat dalam rapor kualitas lesson plan guru.
4. Dengan adanya lesson plan, kualitas pembelajaran di kelas yang berhubungan dengan hasil prestasi akademik siswa akan dapat terukur.
5. Dengan adanya lesson plan, guru akan punya waktu perencanaan sebuah topik pembelajaran tentang bagaimana sebuah topik disampaikan dengan baik dan menarik.

Ketentuan Lesson Plan
Lesson plan adalah dokumen yang terpisah dari dokumen silabus, karena strategi dalam lesson plan sangat beragam dan bergantung pada kreativitas guru serta kondisi kemampuan siswa.

Teorinya, jika dalam silabus sebuah matpel semester pertama terdapat empat kompetensi dasar dan semester kedua terdapat tiga kompetensi dasar, maka guru sejogyanya membuat tujuh lesson plan.

Kerangka Lesson Plan
Tahap dasar membuat lesson plan adalah kerangka lesson plan. Bentuk lesson plan menurut Munif Chatib adalah bebas. Tidak ada lesson plan yang salah yang ada adalah mungkin lesson plan yang lebih lengkap.

Lesson plan dapat menjadi tiga dokumen terpenting bagi guru:
1. Dapat menjadi Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Hal ini berkaitan dengan strategi mengajar yang berhubungan dengan pencapaian indikator hasil belajar dalam silabus.
2. Dapat menjadi buku ajar, sebagai panduan siswa untuk mengikuti pelajaran setiap bidang studi.
3. Dapat menjadi buku populer. Hal ini berkaitan dengan artikel-artikel pendidikan yang berasal dari special moment yang tertulis pada setiap lesson plan.

Struktur dan Bentuk Lesson Plan
Struktur dan bentuk lesson plan yang kreatif
1. Header atau pembuka terdiri dari identitas dan silabus.
2. Content (isi) terdiri dari:
a. Apersepsi (zona alfa, warmer, pre-teach, dan scene setting)
b. Startaegi mengajar
c. Prosedur aktivitas
d. Teaching aids
e. Sumber belajar
f. Proyek
3. Footer atau penutup, terdiri dari rubrik penilaian dan komentar guru. Koemntar guru dapat berupa masalah, ide baru, dan momen spesial.

smber: Gurunya Manusia, Munif Chatib

Berikutnya, saya ingin mencoba membuat RPP kreatif dari Gurunya Manusia, Pak Munif Chatib ini. Nanti dulu ya, baca-baca dulu dan semoga saya bisa menuliskannya kembali di sini 🙂

Siapa yang menyusun kurikulum?

Ide tulisan ini datang dari status seorang teman yang menanyakan siapa yang menyusun kurikulum sehingga materi sekolah terasa padat dan sering kali menyulitkan tidak saja anak tapi juga orang tua.

Saya ingin menuliskan ini kembali dengan tujuan sebagai pengingat untuk diri saya sendiri juga. Thanks Wida, untuk ide tulisannya yang menarik 🙂

Seperti yang kita ketahui, sejak tahun 2006 kurikulum lama memodifikasi diri menjadi kurikulum tingkat satuan pendidikan atau yang dikenal dengan KTSP. KTSP dapat juga diartikan dengan kurikulum sendiri. Mengapa demikian?

Tidak seperti sebelumnya, guru selalu menerima dalam bentuk jadi kurikulum yang ditawarkan dari pusat. Maka dengan KTSP, pemerintah ingin agar setiap sekolah mampu untuk membuat kurikulum sendiri. Model KTSP juga menuntut kreativitas untuk menyusun kurikulum yang sesuai dengan kondisi lokal.

Untuk membantu para guru menyusun kurikulum, ketika model KTSP ini diluncurkan pertama kali, Depdiknas menyediakan bantuan berupa kerangka acuan, seperti: standar isi dan standar kompetensi. Berpegang pada inilah kurikulum disusun.

Dan bagi sekolah yang belum siap menyusun kurikulum sendiri pemerintah menyediakan model kurikulum lengkap yang langsung bisa diaplikasikan ke satuan pendidikan.

Jadi, siapa yang menyusun kurikulum? Masing-masing sekolah boleh, bahkan disarankan untuk menyusun kurikulumnya sendiri.


Dokumentasi foto dari: http://sitemaker.umich.edu/simon.356/curriculum_development_and_teacher_methodology

Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa (PBKB)

Pagi ini saya membaca file Pengembangan Pendidikan Budaya dan karakter Bangsa, yang dikirimkan oleh editor saya. Rancangan PBKB ini diluncurkan oleh kementerian Pendidikan Nasional yang menargetkan penyempurnaan program pendidikan.

Tak dapat diabaikan bahwa perbuatan baik bersumber dari budi pekerti yang juga baik. Perbuatan baik akan mempunyai arti ketika selaras dengan nilai-nilai yang berlaku dalam budaya (bangsa). Atau mengutip kata pengantar dalam PBKB, “Karakter bangsa Indonesia adalah karakter yang dimiliki warga negara bangsa Indonesia berdasarkan tindakan-tindakan yang dinilai sebagai suatu kebajikan berdasarkan nilai yang berlaku di masyarakat dan bangsa Indonesia. Oleh karena itu, Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa diarahkan pada upaya mengembangkan nilai-nilai yang mendasari suatu kebajikan sehingga menjadi suatu kepribadian diri warga negara.”

Jadi, PBKB atau Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa ini adalah sebuah pikiran yang bersifat praktis dan diharapkan dapat dilaksanakan dalam suasana pendidikan yang berlangsung di sekolah saat ini. Pelaksanaan PBKB dalam poses pembelajaran di sekolah tidak mengubah kurikulum yang berlaku tetapi sebaliknya menghendaki sebuah sikap dan ketrampilan baru dari semua staf pendidik yang berlangsung secara terus menerus.

Apa perbedaan materi ajar dengan materi PBKB?
materi ajar bersifat ‘mastery’, sebaliknya materi PBKB bersifat ‘developmental’. Artinya, materi PBKB menghendaki sebuah proses pendidikan yang cukup panjang dan saling menguatkan antara kegiatan belajar dengan kegiatan belajar lainnya, antar proses belajar di kelas dengan kegiatan kurikuler di sekolah dan di luar sekolah.

Oleh karenanya diperlukan sikap menyukai, ingin memiliki dan mau menjadikan nilai-nilai tersebut sebagai dasar bagi tindakan dalam perilaku kehidupan peserta didik sehari-hari merupakan persyaratan awal yang mutlak untuk keberhasilan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa.

Proses pembelajaran Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa dilaksanakan melalui proses belajar aktif. Sesuai dengan prinsip pengembangan nilai harus dilakukan secara aktif oleh peserta didik (dirinya subyek yang akan menerima, menjadikan nilai sebagai miliknya dan menjadikan nilai-nilai yang sudah dipelajarinya sebagai dasar dalam setiap tindakan) maka posisi peserta didik sebagai subyek yang aktif dalam belajar adalah prinsip utama belajar aktif. Oleh karena itu, keduanya saling memerlukan. (sumber: PBKB, Kata Pengantar)

Berikut ini adalah
INDIKATOR KEBERHASILAN SEKOLAH DAN KELAS DALAM
PENGEMBANGAN PENDIDIKAN BUDAYA DAN KARAKTER BANGSA